PEGAMATAN
PROFIL TANAH
1.
Waktu Praktikum
Hari / Tanggal :
23 Oktober 2012
Jam :
08:00 – 09:50 WIB
Lokasi : Lahan UNJA
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya
praktikum pengamatan profil tanah ini adalah :
a. Dapat
mengetahui warna, struktur, tekstur, konsistensi, perakaran dan batas lapisan
tanah.
b. Dapat
menentukan lapisan-lapisan tanah
3.
Landasan Teori
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang
yaitu panjang, lebar dan kedalaman.Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas
(sets of characteristic) yang
merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah. Akibat bekerjanya
faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan
profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna untuk
mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan budidaya
tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.
Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan
dalam bentuk penampang (ada horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran
mineral dan bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau
menyediakan makanan, air udara bagi tumbuhan.
Profil Tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran
(panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan
keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative
terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan
jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara
(Pasaribu, 2007).
Horizon Tanahadalah tanah
terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons.
Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang
rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock) (Anonim,
2011).Horizon dan lapisan terbagi sesuai dengan (Anonim, 2011):
·
Horizon organik : horizon organik dari
tanah mineral
a. Terbentuk pada bagian atas tanah
mineral
b. Terdiri atas oleh bahan-bahan 30 % jika berfrasi lempung.³organik
segar/terurai sebagian 50%
c. Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan
lempung
O1 : horizon
organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan
bentukasli.
O2 : horizon
organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.
·
Horizon mineral yang terdiri atas:
a. Horizon pengumpulan b.o yang terbentuk
dekat permukaan
b. Lap yang telah kehilangan lempung, besi
atau aluminium yang mengakibatkan pengumpulan kwarsa atau mineral
c. Horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi
memperlihatkan sifat ke horison B atau C dibawahnya.
A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah
dengan penimbunan b.o. Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium
sehingga terjadi pemekatan residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh
sifat-sifat khas A1dan A2 yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat
tambahan dari horizon B di bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian
atas berciri utama sifat-sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya
karena terlalu tipis, bila tebal harus dipisahkan.
Keduanya tidak
bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1
Ciri-ciri
Utamanya :
a. Pemekatan illuvial lempung silikat,
besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun kombinasi.
b. Pemekatan residuil seskudesido atau
lempung silikat dengan pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam
mudah larut.
c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga
berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya
yang mengaburkan struktur batuan asli, yang membentuk
lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk
struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya,
bebatuan ini dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
1. Batuan beku
(igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi
(pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah
tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut
intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju
permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika
pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
2. Batuan sedimen
(sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi
(pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah
permukaan bumi.
3. Batuan
peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah
mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu,
tekanan, cairan atau gas aktif.
Profil
dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison, horison-horison tersebut diantaranya yaitu :
1. Horison O adalah
horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan
organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa). Horison ini ditemukan terutama
pada tanah-tanah hutan yang masih utuh. Merupakan horison organik yang
terbentuk diatas lapisan tanah mineral
2. Horison A1 adalah
horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga berwarna agak
gelap.A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, A dan bahan organik.A3 –
Horison peralihan ke B, lebih menyerupai A. Horison dipermukaan tanah yang
terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral.Merupakan horison
eluvasi, yaitu horison yang mengalami pencucian.
3. Horison
E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT,
liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten
lainnya tinggi serta berwarna terang.
4. Horison
B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison
diatasnya.
5. Horison
C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau
belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6. Horison
R adalah batuan keras yang belum dilapuk sehingga tidak dapat ditembus akar
tanaman.
4. Bahan dan Alat
-
Cangkul - Air
-
Pisau Komando - Meteran
-
Buku Muncell - Kayu Pembatas
5. Cara
Kerja
Adapun cara pelaksanaan praktikum pengamatan
profil tanah antara lain :
-
Melakukan penggalian ± 1,5m dan meratakan dinding-dindingnya sehingga membentuk
sisi simetris.
-
Memasang meteran guna maengetahui ketinggian setiap horizon.
-
Untuk mengetahui batas lapisan dengan menusukan pisau komando ke profil
pengamatan, dan akan ada perbedaan pada setiap lapisan.
- Membuat garis untuk mengetahui batas horizon.
-Untuk
menentukan tekstur tanah, Mengambil sampel tanah berdasarkan lapisan, basahkan
dengan air lalu rasakan dengan menggunakan jari.
-Untuk menentukan warna tanah , mengambil
sampel tanah berdasarkan lapisan, kemudian mencocokkan dengan buku muncell.
-Untuk menentukan konsistensi, Mengambil
sampel tanah berdasarkan lapisan, lalu bagi menjadi dua, yang pertama dibiarkan
lembab sedangkan yang kedua dibasahkan dengan air, kemudian rasakan masing-masing dengan menggunakan jari.
-Untuk perakaran, melihat jumlah
akar-akar kasar dan halus pada setiap lapisan tanah.
-Untuk menentukan struktur, mengambil
sampel tanah dari setiap lapisan tanah, kemudian diremas dan dilihat.
6. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pada tabel , terlihat bahwa setiap tanah
mempunyai horison-horison yang berbeda. Lapisan I pada profil dalam mempunyai
kedalaman lapisan 14 cm dan berwarna hitam. Warna gelap tersebut terjadi
karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi yang
terdekomposisi. Hal ini sesuai dengan dituturkan Hakim (2007) yang menyatakan
bahwa horison teratas hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada
horizon ini. Humus dari horizon bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk
lapisan I, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas
biologis, tumbuhan ataupun hewan.
Lapisan II pada profil mempunyai kedalaman lapisan 21
cm dan berwarna coklat muda. Memiliki tekstur lempung liat karena pada
saat pengambilan profil struktur bongkahan mudah hancur dan mudah
dibentuk.
Lapisan III pada profil berwarna coklat terang
dengan kedalaman lapisan 34 cm. Memiliki
tekstur liat mempunyai struktur gumpal
bersudutdan konsistensinya
lembab atau tidak kering karena berada pada lapisan bawah sehingga tidak mudah
untuk mengalami penguapan air.
Lapisan IV pada profil
berwarna kuning kemerahan pada kedalaman >69 cm. Yang memiliki tekstur liat
yang lebih dibandingkan dengan lapisan sebelumnya struktur gumpal bersudut dan
konsistensi lembab.
7. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa :
- Semakin dalam lapisan horizon, maka warna tanahnya
semakin pucat, dikarenakan semakin berkurangnya unsur organik.
- Semakin dalam lapisan horizon, kadar liat dan air semakin
besar dan semakin padat tanahnya.
- Dikarenakan semakin padat, semakin dalam lapisan horizon
tersebut maka semakin sedikit jumlah perakaran.
8. Daftar
Pustaka
Anonim.2011. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanahindonesia.
Diakses tanggal 25/10/2012
Anonim.2011.
http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia. Diakses
tanggal 25/10/2012
Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2007.Dasar-dasar Ilmu Tanah.
PT.Rajagra Findo Persada: Jakarta
Pasaribu.2007.
http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol.Diakses tanggal
25/10/2012
Penetapan
Kadar Air, Bobot Volume dan Total Ruang Pori
1.
Waktu Praktikum
Hari / Tanggal : 30 Oktober 2012
Jam :
08:00 – 09:50 WIB
Lokasi : Lahan UNJA
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya
praktikum pengamatan profil tanah ini adalah :
A. Tujuan
praktikum penetapan kadar air
Ø Untuk
mengetahui kandungan atau kadar air dalam tanah sampel.
B. Tujuan
praktikum penetapan bobot volume
Ø Untuk
mengetahui kepadatan tanah dengan indikator bobot volume tanah
C. Tujuan
praktikum penetapan total ruang pori-pori
Ø Untuk
mengetahui porisitas tanah
3.
Landasan Teori
Secara Edhapologi, pengertian tanah
adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam bentuk penampang (ada
horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran mineral dan bahan organik yang
menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan makanan, air udara bagi
tumbuhan.
Tanah mempunyai peranan penting
dalam siklus hidrologi.Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk ke dalam
tanah dan mengalir pada permukaan tanah.Jadi tidak hanya berperan sebagai media
pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai media pengatur air.Analisis tanah
membantu penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah.
Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap tanah berbeda-beda bergantung pada
proses pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (pedogenesis) maupun kegiatan manusia (metapedogenesis).
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan/diserap
oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase
yang kurang baik.
Berikut
ini merupakan kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman adalah :
·
Sebagai
unsur hara tanaman
Tanaman
memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk
gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
·
Sebagai
pelarut unsur hara
Unsur
– unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar – akar tanaman dari
larutan tersebut.
·
Sebagai
bagian dari sel sel tanaman
Air
merupakan bagian dari protoplasma
Fungsi
yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air
dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman.Jumlah air
yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air
cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah.
Berat
volume adalah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume
tanah termasuk volume pori pori tanah. Berat tanah kering atau volume tanah
disebut juga dengan Bulk Density.Bulk
density merupakan petunjuk kepadatan tanah.Makin padat suatu tanah, makin
tinggi bulk density yang berarti makin sulit meneruskan air akar tanaman. Pada
umumnya BD berkisar dari 1,1-1,6 gr/cc.
Faktor
yang Mempengaruhi Berat Isi (BI) :
·
Struktur
Tanah
Tanah yang mempunyai struktur yang
mantap (lempeng) mempunyai (BI) yang lebih tinggi daripada tanah yang mempunyai
struktur yang kurang mantap (remah).
·
PengolahanTanah
Jika suatu tanah sering diolah tanah tersebut memiliki berat isi yang tinggi daripada tanah yang dibiarkan saja, dan didalam pengolahan tanah yang baik akan meanghasilkan tanah yang baik pula.
Jika suatu tanah sering diolah tanah tersebut memiliki berat isi yang tinggi daripada tanah yang dibiarkan saja, dan didalam pengolahan tanah yang baik akan meanghasilkan tanah yang baik pula.
·
Bahan
Organik
Jika didalam tanah tersebut banyak
ditemukan bahan organik tanah tersebut memiliki Berat Isi lebih banyak
disbanding tanah yang tidak terdapat bahan organik.Jadi bahan organik sebanding
lurus dengan bobot isi.
·
Agregasi
Tanah
Agregasi merupakan proses
pembentukan agregrat-agregrat tanah dengan terbentuknya agregat-agregat itu,
tanah menjadi berpori-pori, sehingga tanah menjadi gembur, dapat menyimpan dan
mengalirkan udara dan air. Agregat tanah memiliki ukuran yang lebih besar daripada
partikel-partikel tanah.
4.
Bahan
dan Alat
-
Cangkul - Air bersih
-
Ring - Plastik 1 kg dan
2 kg
-
Tutup Galon - Kayu Pembatas
-
Kertas Label - Pisau
-
Meteran - Karet Gelang
-
Oven - Cawan
-
Timbangan Digital - Alas Ring
-
Ayakan - Koran
-
Oven
5.
Cara
Kerja
Adapun cara pelaksanaan pada
praktikum kali ini antara lain :
·
Sapel pada keadaan lembab ditimbang
terlebih dahulu.
·
Kemudian sampel dimasukan kedalam oven
selama 2 X 24 jampada suhu 105oC.
·
Setelah diovenkan, sampel ditimbang
kembali untuk mengetahui beratnya.
·
Tanah tadi dikeluarkan dari ring dan
ring di timbang dan di ukur tinggi dan diameternya untuk melakukan penghitungan
bobot volume dan total ruang pori.
6.
Hasil dan Pembahasan
·
KA sebesar 20,58 % pada sampel pertama
dan sebanyak 20,64 % pada sampel kedua.
·
TRP sebesar 42,01% pada sampel pertama
dan 45,87 % pada sampel kedua.
Praktikum pada kali ini praktikun melakukan pengovenan pada
sample tanah. Pada tanah di cari nilai dari berat tanah kering, berat
tanah basah, berat ring, volume ring, kapasitas air lapang, bobot tanah,
total ruang pori, setelah sebelumnya tanah di oven selama 2x24 jam, hingga diulang beberapa jam sampai
kering mutlak. Pada hasil perhitungan kelompok 2, Berat tanah basah 178,10
sedangkan berat tanah kering 147,70 selisih keduanya 30,4 gr, jadi kemampuan
tanah tersebut dapat menyerap air sebanyak 30,4 gr. Dengan mengetahui ini kita
dapat menentukan jumlah kadar air tanah pada suatu tempat yang sangat berguna
dalam hal pertanian. Menentukan total ruang pori sehingga berapa banyak
ruang bagi air untuk disimpan dalam keadaan tertentu. Setelah praktikan melakukan
praktikum ini, dapat diketahui bahwa sifat fisik dari setiap tanah
berbeda-beda walau pun jaraknya berdekatan Dengan perbedaan fisik tanah
tersebut kita dapat menentukan kelebihan dan kekurangan tanah, sehingga kita
dapat mengetahui tanah yang baik untuk pertanian atau untuk keperluan lainya.
7.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat didefinisikan bahwa sebagai
tubuh alam yang memiliki sistem tiga fase yang mengandung air, udara,
bahan-bahan mineral dan bahan organik serta jasad-jasad hidup yang berpengaruh
pada faktor lingkungan terhadap permukaan bumi dan jangka waktu tertentu akan
membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri yang khas tertentu,
sehingga memiliki peran sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Tanah
tersusun dari air, udara dan bagian padat yang terdiri dari bahan-bahan mineral
dan organik.Perbandingan air dan udara yang terkandung dalam tanah selalu
berubah-ubah, hal ini dipengaruhi iklim dan faktor lainnya.
8.
Daftar
Pustaka
Hardjowigeno, Prof.Dr.Ir.H.Sarwono,
1987, Ilmu Tanah Akademik Persindo ; Jakarta.
S.Pedro A., 1993. Sifat dan
Pengelolaan Tanah, Tropika; Bandung
Anonim. 2006. Penuntun Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu tanah Fakultas Pertanian universitas Bengkulu. Bengkulu.
Seto Kusuma Ananto. Ir.
1987.Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Kalam Mulia. Jakarta
http;//www.blogie_ilmutanah_porositas.com
diakses tanggal 2 November 2012
Penetapan
pH Tanah
1.
Waktu Praktikum
Praktikum ke : 3
Hari / Tanggal : 6 November 2012
Jam : 08:00 – 09:50 WIB
Lokasi : Laboratorium Ilmu
Tanah UNJA
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum reaksi tanah adalah untuk mengetahui
tingkat pH yang terkandung pada tiap lapisan tanah ineptisol dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pH tanah. Kegunaan dilaksanakannya praktikum pH tanah agar
mahasiswa mengetahui cara mengukur pH tanah dan dapat dijadikan sebagai
informasi apabila dilakukan penanganan lebih lanjut pada tanah tersebut.
3.
Landasan Teori
Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah
yang mencakup berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang
lengkap.Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana
status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses
biologis seperti pada pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti
menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu
(Pairunan,dkk, 1985).
Larutan
tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara
bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung
pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim
kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan
berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman
(Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH
tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain
kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil
kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai
pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan
dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari asam organik dan anorganik
serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Sedangkan
tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil dari ion dapat tukar atau
garam-garam alkalis seperti : Belerang dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah adalah logaritma dari
konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada
persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya lebih besar
dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih besar dari
7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah memiliki pH di
bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan, dkk, 1997).
Larutan mempunyai pH 7 disebut
netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut
alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan
tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi
proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk
tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH
lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau
tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan
suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah
unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion
OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk
tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam
nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan
faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu
bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap
tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi
pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat
mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation
yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi
menimbulkan reaksi masam.
4.
Bahan
dan Alat
-
Tabung Kocok -
Gelas Ukur
-
Shaker - Gelas Piala
-
Timbangan Digital - Pipet Tetes
-
Aquades - Sampel Tanah
-
KCl -
pH Meter
-
Larutan Buffer
5.
Cara
Kerja
Ø 10 gram tanah halus di masukkan ke dalam tabung kocok dan tambahkan air suling 10 ml.
Ø Mengocok selama 30 menit dengan menggunakan shaker agar tanah
tercampur baik dengan aquadest.
Ø Mendiamkan selama 1 menit, kemudian mengukur dengan pH meter.
Ø Lakukan hal yang sama pada sampel yang dicampur dengan larutan KCl.
Ø Mencatat pH yang tampak pada pH meter.
6.
Hasil dan Pembahasan
Pada lapisan yang diamati, diketahui
bahwa pH tanah masuk pada kriteria
masam. Hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang
cukup tinggi pada permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan
mengalami penguraian oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida
dan asam nitrat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986),
bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang
diantara hasil metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang
banyak. Bila asam ini sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak
memberikan H tetapi menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini
Juga disebabkan
jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah OH.
Pada pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa
selisi antara pH H20 dan KCL bernilai negatif. pH KCL menunjukkan
jumlah hidrogen yang mendominasi kompleks pertukaran dan larutan tanah.Hal
diatas menggambarkan tanah di daerah penelitian dirajai oleh tanah yang
bermuatan negatif karena selisih antara pH (KCl) dan pH (H2O) bernilai negatif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH
tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+
dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH-
juga menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih
tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan
sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+
maka tanah akan bersifat basa.
7.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Nilai pH pada tanah pada lahan UNJA bersifat masam.
·
pH
tanah dapat dibagi menjadi 3 yaitu PH tanah kurang 7 maka unsur tersebut
mengadung Masam dan sebaliknya lebih dari 7 disebut Basa. Jika mendekati 7
tanah tersebut sudah bisa disebut netral.
·
Nilai pH pada tanah yang
dicampur dengan KCl lebih menurunkan nilai pH.
·
Faktor-faktor yang mempegaruhi tanah
adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terjerap.
8.
Daftar
Pustaka
Foth. H. D. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Gadjahmada University Press, Yogyakarta.
Hakim Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo
Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
Hardjowigeno. S. 1992. Klasifikasi
Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan,A. K. J.
L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.
Lalo
Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar
IlmuTanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri
Indonesia Timur, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar